Friday, February 17, 2006

Tip&Trik: Konversi Dokumen dari PDF ke Word

Saat ini format PDF merupakan bentuk yang paling umum digunakan di dunia maya dan terbukti lebih stabil bila dibandingkan dengan format Word baik DOC ataupun RTF.
Umumnya, artikel-artikel, makalah, jurnal, ataupun e-book di internet juga dibuat dengan fomat PDF.
Namun, ukurannya yang cukup besar (kadang kala melebihi kapasitas yang dapat ditampung oleh floppy disk) dan proses editing yang harus dilakukan sering menjadi kendala.
Akibatnya, bagi sejumlah orang, mungkin menggunakan format dokumen Word menjadi lebih menarik dibandingkan dengan menggunakan format PDF.

Data-data di dalam file PDF tidak semuanya terdiri dari teks, umumnya pada file tersebut tersedia juga gambar.
Jika kita mengkopi isi file PDF dengan cara biasa, yaitu dengan memilih opsi “select all” dan mengkopikannya ke file Word, terkadang image tidak ikut terkopi, atau susunan file-nya
berantakan (karena format di dokumen PDF yang kebetulan menggunakan dua kolom, misalnya).
Untuk itu gunakanlah software PDF2Word.

PDF2Word (versi terbarunya adalah v1.4) merupakan software jenis shareware dan dapat memberikan solusi yang lebih aman dan praktis mengubah format PDF menjadi format Word (.rtf).
Kesempatan yang diberikan untuk mengubah file PDF sebanyak 100 kali cukup banyak bagi pemakai individual.
Software ini dapat di-download di alamat www.verypdf.com.

Jika ukuran file berformat PDF-nya cukup besar, memang terkadang hasilnya yang sudah
dalam format Word (.rtf ) malah lebih besar.
Kemungkinan hal ini dikarenakan ukuran image yang besar atau jumlah halamannya menjadi lebih banyak.
Untuk mengatasinya, sebaiknya buka dulu hasil konversi dan atur sesuai dengan keinginan, kemudian pilih opsi “save as…” ke dalam format Word dengan bentuk document (.doc)

File yang dapat dieksekusi setelah di-install adalah pdf2rtf.exe, dan setelah proses instalasi akan muncul jendela registrasi.
Klik saja opsi untuk mencoba (Try).

PDF2Word juga memberikan pilihan preferensi, apakah semua halaman yang akan dikonversi
atau halaman yang tertentu saja.
Selain itu software ini juga bias mengatur posisi karakter dari hasil konversi.
yang akan dikonversi atau halaman yang tertentu saja.
Selain itu software ini juga bias mengatur posisi karakter dari hasil konversi.

OK? Silahkan mencoba....

Saturday, February 04, 2006

Film Jomblo

Novel ‘Jomblo’ karya Aditya Mulya sukses dipasaran hingga 15 kali cetak.
Kisah sukses memoir empat jomblo fiktif tapi real ini kemudian diangkat ke layar lebar lewat sentuhan tangan sutradara FFI, Hanung Bramnatyo.
Hasilnya, baik novel maupun filmnya sukses mempertanggung jawabkan tajuk “Sebuah Komedi Romantis”.

Jomblo dibuka dengan adegan “nakal”, khayalan laki-laki jomblo, sang narator dan aktor, bernama Agus (Ringgo Agus Rahman).

Ya sebagai pembuka, cukuplah bikin dag dig serr.
Kemudian Agus memperkenalkan setting dan “koleganya” dengan perpaduan visual riil dan animasi.
Hasilnya, kocak dan kocak.

Doni (Christian Sugiono) hadir sebagai si tampan nan flamboyan.

Tidak sulit bagi Doni berganti teman kencan, having sex dan kemudian pergi.
Berbeda 180 derajat, Bimo (Dennis Adhiswara) justru dirundung kemalangan karena tidak laku-laku juga.
Bagaimana tidak, ‘orang dalam dari Jogjakarta’ ini berdandan aneh plus norak setengah mati.

Kolega selanjutnya adalah Olip (Rizky Hanggono), karakter yang ini unik lagi.

Tipikal cowok baik-baik yang terlalu memendam rasa.
Padahal seperti kata Doni, “Cuma satu yang enggak bisa dilakukan cinta, menunggu!”.
Dan bener aja, man’ tiga tahun itu waktu yang sangat lama.

Oh ya, Agus itu sebenarnya enggak termasuk ‘Jomblo’, soalnya cowok periang ini terlibat cinta segitiga kok.

Total ada tiga ‘jomblo’ yang terlibat cinta segitiga.

Pada 20 menit pertama film ini menyuguhkan paduan visual dan animasi dengan sound catchy.

Selanjutnya, sisi dramanya mulai keluar.
Begitu juga sisi konyolnya.
Bagaimana tiba-tiba muncul scene “peperangan” saat Olip memandang lekat pujaan hatinya Asri (Rianti Cartwright), lengkap dengan dialog tentang ‘otak’ yang Oh My God.

Bagaimana juga tiba-tiba Bimo berubah menjadi Gatot kaca, kemudian di scene lain dia bersama ‘koleganya’ berwujud ksatria jawa, saat Bimo “ditinggalkan” TTMD ( Teman Tapi Mesra Ditelepon aja).

Ah, ini lucu sekali. Jurus kunci kalo-kalo Kopi darat tidak seindah yang dibayangkan.

Ada keharusan kalo Playboy pasti akan menemukan cinta sejatinya dengan cara yang kurang elegan.

Ya, Doni menemukan cinta dibalik rencana ‘petualangan satu malam’.
Dan seneng aja, di film anak muda begini, mereka membahas safe sex dan sikap bertanggung jawab.
Cuma satu, jangan ikutin kebiasaan Bimo nge-ganja ya.

Cinta segitiga Agus akhirnya bermuara pada sebuah pilihan.

Apakah dia akan memilih Rita (Richa Novisa) atau Lani (Nadia Saphira).
Disini akan ditemukan sebuah sikap dewasa dan bersahaja seorang ‘wajah plastik’ Agus.

Sementara Olip. Pria ini bisa menjadi pelajaran kalo hobi memotret pujaan hati, menulis puisi, akibat memendam cinta tidak boleh ditahan terlalu lama.

Basi! Keledai aja enggak mau terperosok dua kali, emang Olip keledai?

Catatan kecil dari film ini adalah pemainnya masih aja ‘ngebul’, meski tanpa sponsor rokok. Setting ‘pertengkaran’ pun dibuat seindah mungkin, kok jadi keingat film ‘Tusuk Jalangkung’ ya.

Sosok penggangu muncul dalam rupa seorang Muladi, ya dia memang annoying.
Dan benarkah Doni menciptakan lagu untuk cinta sejatinya ? ataukah itu Cuma ‘kebetulan’ semata ? enggak salah sih.
Satu lagi, efek hujan emang enggak ada matinya.

Menonton film Jomblo cukup mengocok perut. ide ceritanya segar, plus visualisasinya juga menjanjikan.

Kalau mau dicari kekurangannya?, ya itu tergantung pribadi masing-masing aja kali ya.
Yang pasti, Jomblo bakal main di bioskop se-Indonesia mulai 9 Februari 2006.
Sekarang terserah kamu, mau menjomblo atau in relationship aja.

(sumber: kafegaul)